Sabtu, 03 Juli 2010

Polos Deh

Saat pagi tadi bercengkerama dengan putraku yang 9 tahun, aku iseng meminta komentarnya tentang foto landscape hasil jepretanku. Foto itu sudah kupajang sebagai wallpaper di hp.

"Nak, bagus ga niiih .... foto hasil bikinanku"

Dia memperhatikan sejenak dengan mata berbinar, lalu berekspresi seperti sedikit senyuman dan berkata agak ragu,

"Hmm.... lumayan" Lalu kabur lari seperti menghindar.

Aku tertawa dan bertanya lagi dari jauh,

"Kok lumayan sih?"

Bukannya aku ga terima, tapi merasa komentarnya sangat lucu.

"Habis aku ga tahu, membedakan foto yang bagus dan tidak" polos dia menjawab.

Tawaku berderai lagi ... aaaah anakku .. terima kasih menghadiahkan tawa di pagi ini untukku.

neat-note

Tadi ada seorang bapak muda, yang menawar harga celana olahraga hingga seharga Rp. 25,000,-. Aku bilang, barang yang itu harga mentoknya di Rp. 30.000,- setelah dipotong Rp.2500,- . Dan si bapak dengan yakinnya berkata sudah membeli celana yang sama di toko ini sebulan yang lalu dengan harga Rp. 25,000,- _ Yang jelas-jelas tidak mungkin karena belum ada kenaikan harga untuk celana ini sejak berbulan-bulan lalu, datanya pun jelas ada di purchased item. Tahukah apa yang si bapak katakan waktu kubilang harganya memang segitu. Dia dengan cepat memotong kalimatku seperti ini,

"Ada kok bon pembeliannya, cuma ga di bawa. Ya sudahlah tak apa, wajar kalau situ lupa, namanya manusia", lalu pergi dengan senyum manis.

Kalau sudah begini, aku cuma bisa terhenyak dengan kenyataan bahwa banyak orang seperti bapak ini, yang dengan keluwesan gaya bicaranya tapi mengandung muslihat dan kebohongan yang terselimuti senyum tanpa malu sedikit pun bahwa yang terucap adalah tidak benar. Dan itu hanya demi sekeping diskon yang tak seberapa dibandingkan dosanya kan. Sudah jelas- jelas yang dia ucapkan tak akan dapat menang terhadap kebenaran data tertulis di sini, tapi dia melimpahkan kata- kata yang selayaknya dia tunjukkan untuk dirinya sendiri. Kalau sekedar bilang lupa, okelah, masih sopan. Ada lagi yang setelah mati-matian bargaining tanpa sukses, berujar begini,

"Ih, pelit. Kok ga bisa ditawar"

Padahal harganya sebenernya sudah diberi potongan, cuma dia ingin lebih. Ucapan seperti itu bikin aku tuing- tuing di kepala , seperti sedang menyaksikan seekor bebek yang tiba- tiba menuding aku, "dasar bebek lo".

Yang kikir siapa, yang menggerutu siapa ... hahahahahha.

Pokoknya orang- orang itu lucu kalau tawar menawar. Humor getir bahwa karakter buruk orang langsung terlihat di saat dia terdesak keinginan.